Goresan Warna Tuhan


Assalamu’alaykum readers, bagaimana lima harinya di 2020 ? Sudah berapa banyak tanda tinta yang tumpah ? Aku sih sudah mayan banyak, terlebih ada beberapa hal lalu yang masih nimbrung aja di tahun baru ini. #oposehnov

{Aku lagi dihantui test yang akan aku ikuti di hari ke tujuh belas pada tahun dua ribu dua puluh. Tapi, bukan nova namanya jika hanya fokus pada satu titik. Pen banget nulis ini dari beberapa bulan lalu saat 2019 akan habis. Tapi, apadaya schedule yang padatnya melebihi Yth. Bapak Jokowi (read:ngewebtun, wetpetan, nopelan, candy crush-an, yutupan, movie time, stalking, curhat yang isinya itu-itu saja. There was something that I had had for my own reader. Cz, A problem shared is a problem halved)}.

Kenapa aku memberi judul tulisan ini, “Goresan Warna Tuhan”?

Karena, apa yang digariskan oleh Tuhan, apa yang ditakdirkan, apa yang diberikan, apa yang dipinjamkan, apa yang di goreskan, that's all colours. Warna yang tidak disadari bagi siapapun yang telah disentuhNya. Sebut saja, merah untuk marah, kuning untuk bahagia, abu-abu untuk sedih, bahkan hitam untuk yang ditinggalkan. Semua pernah merasakannya, semua punya warnanya masing-masing, bahkan semua punya keempat warna itu dalam hidupnya.

Dua ribu sembilan belas banyak hal yang silih berganti datang dan pergi dalam hidup nova. Dari yang masih tinggal di bumi, hingga berbeda dimensi sekalipun. Banyak yang pergi dengan kalimat pisah jauh sebelum kepergiannya dan telah dipersiapkan mentalnya untuk mengatakan “sehat terus, sukses selalu”. Pun ada yang asing, kemudian akrab, dan menjadi asing lagi, dan parahnya ada yang pergi tanpa sebuah perencanaan dan kalimat pamit. Semua harus dinikmati, masih banyak hal yang menunggu kita di depan. Karena, hal yang pergi itu menjadikan kita kuat untuk menghadapi kejutan dan warna yang akan disentuh selanjutnya. Hingga di penghujung tahun pun, Tuhan banyak memberikan hal tak terduga. Yang membuat aku dan teman-teman yang lain harus out of the comfort zone. Untuk semua. Dari kehadiran seseorang maupun kepemilikan akan suatu benda.

Setiap warna yang hadir di bumi, sebenarnya adalah warna titipan buat kita semua sebagai warna abadi dalam diri untuk menghadap Ilahi kelak. Bayangkan saja, jika ada jiwa membawa warna yang buruk, bisakah kita membiarkan nya untuk tetap menetap di bumi ini? Manusia adalah makhluk yang cerdas, bisa membedakan warna buruk atau tidak. Terlebih lagi, jika banyak warna indah yang turut hadir terlebih dahulu dalam kehidupan seseorang.

Kitalah yang menjadi alasan untuk tetap terjebak di warna tersebut atau tidak, karna Dia memberikan banyak warna untuk membentuk pribadi yang kuat akan sentuhan-Nya. Tak ada yang salah dari Tuhan mengapa warna-warna tersebut harus ada dalam perjalanan hidup kita. Selalu terselip alasan baik akan hal-hal yang hadir, yang sekalipun kita membencinya. Selalu ada alasan, Dia Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hambanya.

Suatu saat, nova pastikan kalimat ini akan muncul dalam benak di perjalanan hidup kalian “Oh jadi ini alasannya, oh gini toh, oalah untung aja kemaren blablabla” Tak pernah meleset kebaikan Tuhan buat kita, hal yang datang adalah hal yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Tapi tidak masalah, jika keluhan-keluhan yang ada itu terucap. That was human too.

Selesai sudah. Semoga yang membaca terobati hatinya dari segala hilir mudik hal yang telah datang dan pergi. Dan yang sedang sedih, nova doakan segera mereda. Aamiin.

Remember this :
The things we lose have a way of coming back to us in the end, If not always in the way we expect. – Luna’s Mom (Harry Potter 5)


Oiya, nanti aku akan mereview kembali ‘bout Harry Potter’s Movie. Dari film pertama hingga the deathly hallows secara random. Film dunia sihir terbitan novel laris dari J.K. Rowling yang membuat aku kagum mengenai ide dan banyak hikmah kehidupan untuk kita terapkan di bumi ini. Bukan hanya sekadar mantra dan kehidupan sihir di Hogwarts School saja loo, hewhew.

Tak terasa, sudah berganti hari. Aqoh mo lanjut materi, bubyee~

Comments

Popular posts from this blog

To Dearest,

Titik Balik Covid-19

The Earth